Pengertian Pemeliharaan (Maintenance)
Tujuan pemeliharaan
adalah untuk memelihara kemampuan sistem dan mengendalikan biaya sehingga
sistem harus dirancang dan dipelihara untuk mencapai standar mutu dan kinerja
yang diharapkan. Pemeliharaan meliputi segala aktifitas yang terlibat dalam
penjagaan peralatan sistem dalam aturan kerja (Dwiningsih, 2005, p3-4).
Kebanyakan dari sistem engineering pasti dipelihara, diperbaiki jika terjadi
kegagalan, dan suatu kegiatan dilakukan atas sistem tersebut agar sistem
tersebut tetap dapat bekerja (Patrick, 2004, p401).
Menurut Assauri (2008,
p134) maintenance merupakan kegiatan untuk memelihara atau menjaga fasilitas
atau peralatan pabrik dengan mengadakan perbaikan atau penyesuaian atau
penggantian yang diperlukan supaya terdapat suatu keadaaan operasional produksi
yang memuaskan sesuai dengan apa yang direncanakan.
Perawatan berperan
penting dalam kegiatan produksi dari suatu perusahaan yang menyangkut
kelancaran atau kemacetan produksi, agar produk dapat diproduksi dan diterima
konsumen tepat pada waktunya tanpa mengalami keterlambatan dan menjaga agar
tidak terdapat sumber daya kerja yang menganggur karena kerusakan (failure)
pada mesin sewaktu proses produksi sehingga dapat meminimalkan biaya kehilangan
produksi atau jika dimungkinkan biaya tersebut dapat dihilangkan.
Kategori
Pemeliharaan
Konsep pemeliharaan
dibagi menjadi dua kategori yaitu pemeliharaan pencegahan (preventive
maintenance) dan pemeliharaan pemogokan (corrective maintenance).
Pemeliharaan
Pencegahan (Preventive Maintenance)
Melibatkan pelaksanaan
pemeriksaan rutin dan service yang menjaga fasilitas dalam kondisi yang baik.
Tujuan pemeliharaan pencegahan adalah untuk membangun sistem yang mengetahui
kerusakan potensial dan membuat pergantian atau perbaikan yang akan mencegah kerusakan.
Pemeliharaan pencegahan jauh lebih besar daripada sekedar menjaga mesin dan
fasilitas tetap berjalan. Konsep ini juga melibatkan perancangan sistem manusia
dan teknik yang menjaga proses produktif tetap bekerja dalam toleransinya.
Penekanannya adalah pada pemahaman proses dan membiarkannya bekerja tanpa
gangguan.
Pemeliharaan
pencegahan berarti dapat menentukan kapan suatu peralatan perlu diservice atau
direparasi. Kerusakan terjadi pada tingkat yang berbeda-beda selama umur
produk. Tingkat kerusakan yang tinggi disebut kehancuran sebelum waktunya
(infant mortality) terjadi pada awal mulai produksi di banyak perusahaan
terutama perusahaan elektronik. Harus dicatat bahwa infant mortality banyak
disebabkan karena penggunaan yang tidak wajar, oleh karena itu perlunya
manajemen membangun sistem pemeliharaan yang meliputi seleksi personel dan
pelatihan.
1. Routine Maintenance
Routine Maintenance
adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara rutin,
misalnya setiap hari. Sebagai contoh dari kegiatan routine maintenance adalah
pembersihan fasilitas atau peralatan, pelumasan (lubrication) atau pengecekan
oli, serta pengecekan bahan bakarnya dan mungkin termasuk pemanasan (warmingup)
dari mesin-mesin selama beberapa menit sebelum dipakai berproduksi sepanjang
hari.
2. Periodic
Maintenance
Periodic maintenance
adalah kegiatan pemeliharaan dan perawatan yang dilakukan secara periodik atau
dalam jangka waktu tertentu, misalnya setiap satu minggu sekali, lalu meningkat
setiap satu bulan sekali, dan akhirnya setiap satu tahun sekali. Periodic
maintenance dapat pula dilakukan dengan memakai lamanya jam kerja mesin atau
fasilitas produksi tersebut sebagai jadwal kegiatan, misalnya setiap seratus
jam kerja mesin sekali, lalu meningkat setiap lima ratus jam kerja mesin sekali
dan seterusnya, Jadi sifat kegiatan maintenance ini tetap secara periodik atau
berkala. Kegiatan periodic maintenance ini jauh lebih berat daripada kegiatan
routine maintenance. Sebagai contoh dari kegiatan periodic maintenance adalah
pembongkaran karburator ataupun pembongkaran alat-alat dibagian sistem aliran
bensin, setting katup-katup pemasukan dan pembuangan cylinder mesin dan
pembongkaran mesin atau fasilitas tersebut untuk penggantian pelor roda
(bearing), serta service dan overhaul besar ataupun kecil.
Pemeliharaan
Pemogokan (Corrective Maintenance)
Adalah perbaikan
secara remedial ketika terjadi peralatan yang rusak dan kemudian harus
diperbaiki atas dasar prioritas atau kondisi darurat. Apabila biaya
pemeliharaan lebih mahal daripada biaya reparasi ketika proses tersebut mogok,
maka barangkali perlu membiarkan proses itu mogok baru diperbaiki. Akan tetapi
perlu dipertimbangkan akibat pemogokan secara penuh karena akan mengganggu
proses secara keseluruhan.
Dalam hal ini,
kegiatan corrective maintenance bersifat perbaikan pasif yaitu menunggu sampai
kerusakan terjadi terlebih dahulu, kemudian baru diperbaiki agar fasilitas
produksi maupun peralatan yang ada dapat dipergunakan kembali dalam proses
produksi sehingga operasi dalam proses produksi dapat berjalan lancar dan
kembali normal.
Preparation
Time
Merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk menemukan orang untuk mengerjakan perbaikan, waktu tempuh ke
lokasi kerusakan, membawa peralatan dan uji perlengkapan.
Active
Maintenance Time
Adalah waktu
sebenarnya yang diperlukan untuk melakukan pekerjaan tersebut. Meliputi waktu
untuk mempelajari peta perbaikan sebelum aktifitas perbaikan yang sebenarnya
dimulai serta waktu yang dihabiskan untuk memastikan bahwa kerusakan yang ada
telah selesai diperbaiki. Bahkan terkadang juga meliputi waktu untuk membuat
dokumentasi atas proses perbaikan yang sudah dilakukan ketika hal tersebut
harus diselesaikan sebelum perlengkapan tersedia. Contohnya Aircraft.
Delay
Time (Logistic Time)
Merupakan waktu yang
dibutuhkan untuk menunggu datangnya komponen dari mesin yang harus diperbaiki.
Tindakan corrective
ini dapat memakan biaya perawatan yang lebih murah dari pada tindakan
preventive. Hal tersebut dapat terjadi apabila kerusakan terjdi disaat mesin
atau fasilitas tidak melakukan proses produksi. Namun saat kerusakan terjadi
selama proses produksi berlangsung maka biaya perawatan akan mengalami
peningkatan akibat terhentinya proses produksi.
Dengan demikian dapat
disimpulkan dahwa tindakan corrective memusatkan permasalahan setelah
permasalahan itu terjadi, bukan menganalisa masalah untuk mencegahnya agar
tidak terjadi.
Syarat-Syarat
yang Diperlukan Agar Pekerjaan Bagian Pemeliharaan
Dapat
Efisien
Menurut Assauri (2008,
p144) pelaksanaan kegiatan pemeliharaan dari peralatan di suatu perusahaan
tergantung pada kebijakan (policy) perusahaan itu yang kadang-kadang berbeda
dengan kebijakan perusahaan lainnya. Kebijakan bagian pemeliharaan biasanya
ditentukan oleh pimpinan tertinggi (top management) perusahaan. Walaupun
kebijakan (policy) telah ditentukan, tetapi didalam pelaksanaan kebijaksanaan
tersebut, manajer bagian pemeliharaan harus memperhatikan enam prasyarat agar
pekerjaan bagian pemeliharaan dapat efisien. Keenam prasyarat tersebut adalah :
1. Harus ada data
mengenai mesin dan peralatan yang dimiliki perusahaan.
Dalam hal ini data
yang dimaksudkan adalah seluruh data mengenai mesin atau peralatan seperti
nomor, jenis (types), umur dan tahun pembuatan, keadaan atau kondisinya,
pembebanan dalam operasi (operating load) produksi yang direncanakan per jam
atau kapasitas, bagaimana operator menjalankan atau meng- handle mesin-mesin
tersebut, berapa maintenance crew, kapasitas dan keahliannya, ketentuan yang
ada, jumlah mesin dan sebagainya.
Dari data ini akan
ditentukan banyaknya kegiatan pemeliharaan yang dibutuhkan dan yang mungkin
dilakukan.
2. Harus ada planning
dan scheduling.
Dalam hal ini harus
disusun perencanaan kegiatan pemeliharaan untuk jangka panjang dan jangka
pendek, seperti preventive maintenance, inspeksi, keadaan yang diawasi,
peminyakan (lubrication), pembersihan, reparasi kerusakan, pembangunan bengkel
baru dan sebagainya. Di samping itu planning & scheduling ini menentukan
apa yang akan dikerjakan dan kapan dikerjakan serta urut-urutan pengerjaan atau
prioritasnya dan dimana dikerjakannya. Perlu pula direncanakan banyaknya tenaga
pemeliharaan yang harus ada supaya pekerjaan pemeliharaan dapat efektif dan
efisien.
3. Harus ada surat
perintah (work orders) yang tertulis.
Surat perintah ini
memberitahukan atau menyatakan tentang :
a. Apa yang harus
dikerjakan.
b. Siapa yang
mengerjakannya dan yang bertanggung jawab.
c. Dimana dikerjakan
apakah di luar atau di bagian di dalam pabrik.
Kalau di dalam pabrik,
bagian mana yang mengerjakannya.
d. Ditentukan berapa
tenaga dan bahan atau alat-alat yang dibutuhkan dan macamnya.
e. Waktu yang
dibutuhkan untuk mengerjakan pekerjaan tersebut dan waktu selesainya.
4. Harus ada
persediaan alat-alat atau spareparts (stores control).
Oleh karena untuk
pelaksanaan kegiatan pemeliharaan ini dibutuhkan adanya spareparts (alat-alat)
dan material, maka spareparts dan material ini harus disediakan dan diawasi.
Dengan stores control ini, maka manajer bagian pemeliharaan harus selalu
berusaha supaya spareparts dan material atau onderdil-onderdil tetap ada pada
saat dibutuhkannya dan investasi dari persediaan (stores) ini adalah minimum
(dalam arti cukup tidak kurang dan tidak berkelebihan). Jadi perlu dijaga agar
tetap tersedia onderdil-onderdil, alat- alat dan bahan-bahan yang dibutuhkan
dalam jumlah yang cukup dengan suatu investasi yang minimum.
5. Harus ada catatan
(records).
Catatan tentang
kegiatan pemeliharaan yang dilakukan dan apa yang perlu untuk kegiatan
maintenance tersebut. Jadi perlu ada catatan dan gambaran (peta) yang
menunjukkan jumlah dan macam serta letak peralatan yang ada dan karakter dari
masing-masing peralatan (mesin mesin) ini, serta catatan tentang inspection
intervalnya berapa lama, serta biaya maintenance. Di samping itu perlu pula
dibuat catatan mengenai gambaran produksi seperti jam produksi yang berjalan,
waktu berhenti, dan jumlah produksi.
6. Harus ada laporan,
pengawasan, dan analisis (reports, control, and analysis).
Laporan (reports)
tentang progress (kemajuan) yang kita adakan, pembetulan yang telah kita adakan
dan pengawasan. Kalau pemeliharaannya baik, maka ini sebenarnya berkat report
& control yang ada, di mana kita dapat melihat efisiensi dan
penyimpangan-penyimpangan yang ada. Di samping itu juga perlu dilakukan
penganalisisan tentang kegagalan - kegagalan yang pernah terjadi dan waktu
terhenti. Analisis ini penting untuk dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan akan kegiatan atau kebijaksanaan pemeliharaan.
Konsep-Konsep
Pemeliharaan
Konsep
Breakdown dan Downtime
Suatu barang atau
produk dikatakan rusak ketika barang atau produk tersebut tidak dapat
menjalankan fungsinya dengan baik lagi. Hal yang sama juga terjadi pada mesin
atau peralatan di dalam sistem produksi pada industri manufaktur. Ketika suatu
mesin atau alat tidak dapat menjalankan fungsinya dengan baik atau sebagaimana
mestinya, maka mesin atau alat tersebut dikatakan mengalami kerusakan atau
breakdown.
Pada dasarnya,
downtime didefinisikan sebagai waktu suatu sistem atau komponen tidak dapat
digunakan (tidak berada dalam kondisi yang baik) sehingga membuat fungsi sistem
tidak berjalan sesuai yang diharapkan. Downtime terjadi ketika unit mengalami
masalah seperti kerusakan yang dapat mengganggu performansi keseluruhan
termasuk kualitas produk yang dihasilkan atau kecepatan produksinya, sehingga
membutuhkan waktu untuk mengembalikan fungsi unit tersebut pada kondisi semula.
Konsep downtime terdiri dari beberapa unsur, yaitu :
1. Supply delay, yaitu
waktu untuk memperoleh komponen (part) yang dibutuhkan dalam proses perbaikan.
Supply delay dapat terdiri dari lead time administrasi, lead time produksi, dan
waktu transportasi komponen pada lokasi perbaikan.
2. Maintenance delay,
yaitu waktu untuk menunggu ketersediaan sumber daya maintenance untuk melakukan
suatu proses perbaikan. Sumber daya maintenance dapat berupa personil, alat
bantu atau alat tes.
3. Access time, yaitu
waktu untuk mendapatkan akses langsung ke komponen yang rusak.
4. Diagnosis time,
yaitu waktu untuk menentukan penyebab kerusakan dan langkah perbaikan yang
harus ditempuh untuk memperbaiki kerusakan tersebut.
5. Repair or
replacement time, yaitu waktu aktual untuk menyelesaikan proses pemulihan
setelah permasalahan dapat diidentifikasi dan akses ke komponen yang rusak
dapat dicapai.
6. Verification and
alignment, yaitu waktu untuk memastikan bahwa fungsi dari suatu unit telah
kembali pada kondisi operasi semula.
Konsep
Keandalan (Reliability)
Yang dimaksud dengan
keandalan (reliability) adalah probabilitas sebuah komponen atau sistem untuk
dapat beroperasi sesuai dengan fungsi yang diinginkan untuk suatu periode
tertentu ketika digunakan pada kondisi operasi yang telah ditetapkan. Keandalan
juga berarti probabilitas dari sebuah mesin atau peralatan untuk tidak
mengalami kerusakan selama proses berlangsung.
Fungsi keandalan dapat
dinotasikan R(t) = P(peralatan beroperasi pada saat t). Empat elemen pokok
dalam konsep reliability ini adalah :
1. Probability
(peluang), dimana nilai reliability adalah berada diantara 0 dan 1.
2. Performance
(kinerja), artinya bahwa keandalan merupakan suatu karakteristik performansi
sistem, dimana suatu sistem yang andal harus dapat menunjukkan performansi yang
memuaskan jika dioperasikan. Dalam hal ini performansi yang diharapkan atau
tujuan yang diinginkan, harus digambarkan secara jelas dan spesifik. Untuk
setiap unit terdapat suatu standar untuk menentukan apa yang dimaksud dengan
performansi atau tujuan yang diharapkan.
3. Time (waktu),
sebagai parameter yang penting untuk melakukan penilaian kemungkinan suksesnya
suatu sistem. Dalam hal ini, konsep reliability dinyatakan dalam suatu periode
waktu. Peluang suatu sistem untuk digunakan selama setahun akan berbeda dengan
peluang sistem tersebut untuk digunakan dalam sepuluh tahun.
4. Condition
(kondisi), artinya perlakuan yang diterima suatu sistem memberikan pengaruh
terhadap tingkat reliability. Dalam hal ini, kondisi lingkungan akan
mempengaruhi umur sistem atau peralatan, seperti suhu, kelembaban dan kecepatan
gerak. Hal ini menjelaskan bagaimana perlakuan yang diterima sistem dapat
memberikan tingkat keandalan yang berbeda dalam kondisi operasionalnya.
Konsep
Keterawatan (Maintainability)
Keterawatan (maintainability)
adalah probabilitas bahwa komponen atau sistem yang rusak akan diperbaiki ke
dalam suatu kondisi tertentu dalam periode waktu tertentu sesuai dengan
prosedur yang telah ditentukan. Keterawatan juga dapat didefinisikan sebagai
probabilitas suatu komponen atau sistem untuk bisa diperbaiki pada waktu
tertentu.
Konsep
Ketersediaan (Availability)
Ketersediaan
(availability) adalah probabilitas suatu komponen atau sistem menunjukkan
fungsi yang diharapkan pada suatu waktu tertentu ketika dioperasikan dalam
kondisi operasional tertentu. Ketersediaan juga dapat diinterpretasikan sebagai
persentase waktu suatu komponen atau sistem dapat beroperasi pada interval
waktu tertentu atau persentase pengoperasian komponen dalam waktu yang
tersedia. Angka probabilitas availability menunjukkan kemampuan komponen untuk
berfungsi setelah dilakukan tindakan perawatan terhadapnya. Dengan demikian
semakin besar nilai availability menunjukkan semakin tinggi kemampuan komponen
tesebut, atau dapat dikatakan semakin nilai availability mendekati satu, maka
semakin baik keadaan komponen tersebut untuk dapat beroperasi sesuai fungsinya
Repair
Program kerja Maintenence and RepairRepair memang banyak dilupakan oleh banyak orang, dan ini sebenarnya adalah
hal yang terpenting di Indonesia. Repair adalah usaha perbaikan demi
lingkungan. Banyak sekali hal yang bisa kita lakukan dari repair ini sendiri
dan sangat diperlukan di Indonesia. Yang terpenting adalah kreativitas dan
kemauan karena tanpa keinginan yang kuat, membuang sampah di jalan pun menjadi
mudah. Tapi kalau anda sudah membiasakan diri dengan hidup yang menghargai
lingkungan, maka dengan mudah anda dapat menahan diri
Tidak ada komentar:
Posting Komentar